Pulanglah ke Rumah Kayu

Puisi: Nuriman N. Bayan ___________________________________________________________________

 

PULANGLAH KE RUMAH KAYU

Pulanglah ke rumah kayu
ada yang menunggu di antara
deretan fofau, hate besi, dan kenari

asap masa kecil yang harum
sampai kini masih mengepul
kopi yang ingin kamu teguk
ampasnya tak akan mengapung
pisang yang ingin kamu goreng
tak akan bengkak di dalam belanga

 

sebab,—-meski loga-loga
hanya menyala saat padam
air masih mendidih di belanga, di kuali
di atas tungku yang terbuat dari batu nane.

Pulanglah ke rumah kayu
ada yang menunggu di antara
deretan gonofu, dan tempurung
ikan bakar yang kamu sukai
kokodo yang kamu kangenin
rasanya masih sama, seperti dahulu
sebab di mata papa laut masih tetap biru
dan di mata mama darat masih tetap hijau.

Supu, 2021.

 

KAU TAHU APA YANG AKU TEMUKAN KETIKA MENULIS HARIHARI YANG LALU

Kau mungkin lebih suka menulis impian
menulis teh manis di meja depan yang ingin kau teguk
dan semua perihal yang ingin kau peluk

tidak dengan aku, yang lebih suka menulis kenangan
menulis hari-hari yang aku tinggalkan, tentang ibu, tentang ayah

tentang kampung, tentang laut, tentang kebun
dan semua hari-hari yang pernah menyusuiku
dan semua tubuh yang dulu aku susahkan.

Kau tahu siapa yang aku temukan ketika menulis hari-hari yang lalu?

Aku menemukanmu
kau menangis di sebuah pangku
dan ibu membujuk sambil menyusuimu

dalam tangis, wajahmu lucu sekali
sama, seperti aku dahulu.

Kau tahu apa yang aku temukan ketika menulis hari-hari yang lalu?

Aku menemukan sebuah kapal yang sesak
dan kau salah seorang yang duduk di deknya
dengan wajah yang cemas

padahal kau hendak berlayar ke kota
dan di sana kau tak hidup lagi dalam gulita
dengan pelita.

2022.

 

 

KATAKAN KEPADA MEREKA, TAN
-buat istriku

Katakan kepada mereka, Tan
bahwa kita pulang ke tanah ibu bukan sekadar berlibur
atau memotong tali rindu yang panjangnya tak dapat kita ukur

tanah ibu bukanlah gie, tempat kita membuang rumput, sampah, gelisah atau cemas
tanah ibu adalah sekolah, tanah ibu adalah madrasah, tempat kita lahir dan kembali mengenal rasa
tempat kita kembali
belajar menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Katakan kepada mereka, Tan
bahwa sebesar apa-pun tubuh kita
setinggi apa-pun sekolah kita, kita
tetaplah anak, dan pulang adalah kembali
ke palung, kembali kepada cinta, kembali kepada pemberi
Tuhan-lah pemberi itu. Ayah dan ibu-lah pemberi itu.

Katakan kepada mereka, Tan
bahwa kita ke tanah ibu
bukan karena paksa, bukan karena pinta
tapi karena cinta: rahim yang melahirkan kita
berulang-ulang. Katakan kepada mereka, Tan
bahwa tanah ibu bukan sekadar gandaria
atau halaman paling depan riwayat pencarian kita
tanah ibu adalah bumi paling umi.

Supu, 2021.

 

 

CARA PAPA DAN MAMA BERGOTONG ROYONG

1/
Bila papa ke laut
dan mama ke kebun
papa pulang bawa dayung dan ikan
mama pulang bawa keranjang dan pisang.

Bila papa
dan mama ke kebun
papa pulang bawa kayu dan kelapa
mama pulang bawa kasbi dan batata.

Bila papa
dan mama di rumah
papa ke belakang belah kayu
kupas kelapa, dan tambung api
mama ke dapur iris sayur
kupas pisang dan kasbi.

2/
Bila tiba musim cengkeh
papa pergi bawa air, salapa, dan karung
mama pergi bawa rantang, leper, dan piring

di kebun cengkeh
papa naik bawa tali, steleng, dan salapa
di pohon mama kumpul sambil bakuda

di rumah
papa patah mama patah
cengkeh habis deng salapa-salapa.

3/
Bila papa bikin kelapa
papa kumpul dengan bika
mama kumpul dengan saloi

di para-para
papa belah dan kore
di rumah
mama siapkan oleh-oleh

di tengah asap
papa duduk pegang gonofu
mama duduk pegang gonofu
kata papa,
api yang menyala
di bawah para-para
adalah asap yang berkibar
—–di dapur.

Supu, 2021.

 

 

Nuriman N. Bayan atau lebih akrab disapa Abi N. Bayan kini tinggal di Morotai sebagai guru di salah satu MA di Maluku Utara. Puisi-puisinya tersiar di berbagai media nusantara baik cetak atau daring. Ia masuk sebagai nominee dalam Penghargaan Sastra Litera 2021.

Related posts

Leave a Comment

13 + seventeen =